Jumat, 20 Mei 2016

PSIKOLOGI CANGKUL

Para Pemirsa  yang tercintahhh.....
Berhari-hari kita disuguhi berita kriminal dan kekerasan seksual. Berita-berita ini hadir di keseharian kita, saat di kantor, sedang makan siang, dari mulai bangun dan menjelang tidur. Ya...iyalah...wong mau tidur aja..gadget masih pantengin dan dipeluk, nyaris menggantikan keberadaan guling. tongue emotikon
Berita Jessica dengan kopi sianida, YY di Rejang Lebong, penyiletan di jogja, penembakan di Magelang, kasus-kasus di berbagai tempat yang menyeruak dalam kesadaran ingatan kita. Dan...saya makin lemes ketika seorang teman cerita panjang lebar soal kasus "Cangkul", kemarin, saat saya menikmati istirahat siang.

Padahal yahhh......saya sudah gak mau menyimak....sudah niat mau berhenti ber-sosmed. Hhhfff..........

Nyatanya....saya masih kepo....sodara-sodara.....
Eits...saya nggak kepoin TKP, kronologis atau foto rontgen yg aneh dan so perfect penampakannya itu.
Melainkan: Apa yg menyebabkan ABG seusia itu memiliki emosi sedemikian brutal? Adakah faktor-faktor paparan pornografi, psikologis, lingkungan, dan lain-lain..dan lain-lain... yang menghantarkannya pada puncak brutalitas yg sedemikian itu?

Penting nggak buat kita menelusuri latar belakang, asal muasal sebuah kejadian luar biasa semacam ini? Ya.. Ini salah satu di antara lautan KLB di sekitar kita.
Sekaligus saya ingin, merehabilitasi nama baik alat kerja bernama Cangkul. Kasus ini sungguh mencoreng nama baik benda tersebut.
Para Pemirsa yang saya sayangi da saya cintai...muach...muach....
Cangkul sejatinya ditempatkan pada kedudukan mulia sebagai alat kerja yang produktif. Jangan sampai kedudukannya dianggap hina dina sebagaimana yg terjadi pada alat kerja lain palu dan arit. Jangan sampai terjadi, wahai sodara-sodaraku.
Demikianlah......

STUDY TOUR

"Kalau akhir pekan atau musim liburan, orang Yogya mendingan di rumah saja''


 * * * * *
Tiap akhir semester, biasanya Kota Yogya dan sekitarnya dikunjungi ribuan wisatawan muda yaitu para pelajar. Umumnya mereka adalah para pelajar tingkat akhir entah itu kelas 3 SMP (kelasIX) atau kelas 3 SMA (kelas XII).
Sebagai warga kota saya kerap terganggu karena kehadiran bis-bis wisata yang ukurannya audzubillah. Badan jalan dipenuhi oleh bis, polusi knalpot, bising.malah akhir-akhir ini frekwensinya meningkat menjadi hampir setiap akhir pekan. Hingga muncul anekdot di kalangan warga Kota Yogya: "Kalau akhir pekan atau musim liburan, orang yogya mendingan di rumah saja''
Saya menengarai kunjungan rombongan study tour ini juga hanya berkutat pada destinasi yang itu-itu saja: Kraton, Malioboro, Pantai Parang Tritis, Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Benar-benar monoton. Ini semacam paket wisata bagi para pemula yang belum pernah wisata ke Yogya. itulah destinasi wisata ikonik di Yogya.
Saya juga kerap menilik pelat-pelat bis wisata tersebut, umumnya memang berasal dariluar Yogya dari wilayah Jawa Barat, DKI, Banten atau Jaa Timur...ya masih di sekitar pulau Jawa. Namun, tak ayal, saya juga kerap menemukan pelat bis dari luar Pulau Jawa; dari Lampung, palembang, Banjarmasin dan lain-lain.
Kenapa para pelajar ini harus melakukan study tur sejauh ini hingga ke Yogya? Apakah di tempat asal mereka tidak ada tempat menarik yang bisa dikunjungi? Kalau semua pelajar berwisata ke Yogya, atau beberapa pusat wisata seperti Bali, bandung dan jakarta, bagaimana mereka bisa mengenal potensi lokal daerahnya sendiri?
Lalu saya teringat tayangan-tayangan wisata di televisi. tayangan-tayangan tersebut umumnya mengusung penelusuran surga-surga tersembunyi di seluruh pelosok negeri.
Dan...saya juga kerap takjub dengan biaya Study Tour yang cukup menguras kantong. sudahkah pihak sekolah mempertimbangkan kepentingan siswa yang hendak melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya? tapi ya...kalau memang dianggap tidak memberatkan siswa dan orang tua siswa yaaa.....piye meneh.... hehehe

KAMPANYE POLITIK YANG MENGGELITIK

Menjelang musim kampanye pilkada Kota Yogya, saya didera Ilfil karena membayangkan konvoi motor akan memenuhi jalan-jalan kota. Belum lagi polusi udara dan suara. Jiaannn..... Namun, hiburan segar datang dari teman-teman seniman. Sudah berhari-hari saya mengalami keadaan yang aneh tapi nyata: Ketawa-ketiwi sendirian. Ini akibat ulah tangan-tangan jahil mereka yang menghasilkan komik-komik lucu nan menyegarkan.
Mbok bayangkan aja, ada sketsa 3 seniman kondang Yogya yang nampaknya tengah lek-lekan....lalu ada tagline "KTP adalah KONCI". Njuk saya'kan jadi kelingan sebuah film fenomenal sepanjang sejarah. Salah satu adegan film itu menampilkan gambar mulut tokoh Aidit yang memenuhi layar....dan..hahaha...saya membayangkan mulut itu ngomong: "KTP adalah KONCI"....Seolah itu adalah kalimat wasiat...
Tadi juga ada lagi foto selfie teman, salah satu pegiat Jogja Independen. Nah...ini juga bikin saya ngakak. Teman saya itu menampilkan wajahnya yang sendu syahdu, persis orang yang kehilangan dompet. Di pipinya, selempar KTP ditempel sebagai bentuk dukungan bagi jagoannya. Saya tebak ya...itu KTP pasti ditenpel pake double-tape. Yakin Haiqul yakin deh.....
Itu baru 2 komik yg bikn saya terhibur. Masih banyak lagi yg bikin mesem-mesem. Ini dia....kampanye segar ala Jokja. Makasih yaaa...atas hiburannya.....Jadi saya nggak bete-bete amat menghadapi musim kampanye nanti.